Cerpen Penderitaan


Cerpen Penderitaan
Pada suatu hari ada seorang anak perempuan yang hidup sebatang kara di jalanan yang penuh kesengsaraan. Dimana jalan yang ada di sekitarnya merupakan tempat desa yang miskin. Orang desa memanggil anak itu dengan nama Evi, begitulah panggilan dia.
“Hey Evi sini bantu aku dalam menyelesaikan pemotongan rumput ini!” panggil salah satu tetangganya.
“Iya pak” kata Evi langsung menghampiri tetangganya.
“Mulai sekarang kamu harus tiap hari memotong rumput ini dan kamu harus menyapu halaman ini tiap hari setelah memotong rumput ini mengerti!!!” bentak orang itu kepada Evi yang masih berumur 10 tahun.

Hatinya Evi pun sakit dan dengan rasa terpaksa dia memotongi rumput. Wajar saja keadaan desa itu kumuh dan watak-watak orang di desa itu keras. Evi sambil memotong rumput hatinya berkata.
“Ya Allah berikanlah hambamu ini kebebasan, aku sudah tidak kuat untuk hidup diperbudak seperti ini? Ya Allah hatiku sangat sakit jika aku terus diperbudak seperti ini?” sambil meneteskan air mata pada rumput itu.

Tiba-tiba ada temannya Evi yang selalu menghina dan mengejek Evi. Temannya tersebut bernama Mila.
“Eviii!!! Kerjakan pekerjaanmu dengan benar jangan hanya menangis melulu dan jika kamu tidak menyelesaikan pekerjaanmu ini sampai nanti sore akan kuhukum kau!!!” bentak Mila sambil menjambak dan menampar Evi sebegitu kerasnya. Evi pun menahan kerasnya penderitaan yang dialaminya dan Evi berusaha menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan cepat semampunya.

Saat sore hari, biasanya desa yang kumuh itu mengumpulkan uang dari hasil pekerjaan mereka karena tiap sore ada preman datang menagih hutang mereka sebesar 1 milyar karena ada seseorang berasal dari desa tersebut pernah melakukan pembunuhan terhadap bos preman tersebut tapi desa tersebut tidak tahu yang membunuh bosnya siapa. Ada lima preman yang kini sedang menagih hutang ke desa tersebut.
“Mana uang kalian! Kalian harus membayar atas perbuatan kalian dulu!!” bentak salah satu preman dengan nada yang keras sambil membawa pisau.
“Iya ini cepat serahkan!” kata salah satu seorang petani menyerahkan uangnya ke preman tersebut.
“Bagus 1 juta rupiah, hahaha” kata salah satu preman tersebut dengan senangnya memamerkan uangnya.
“Ayo cepat kembali ke markas!” ajak salah satu preman. Akhirnya mereka kembali ke markas.
“Siapa yang dulu pernah membunuh bos mereka? Padahal setahuku tidak ada orang yang berani melawan mereka?” kata Ketua RT desa tersebut.
“Seandainya jika aku tahu orang itu maka aku akan menghajarnya karena dialah yang membuat kita sengsara!” kata seorang peternak hatinya dendam pada orang yang telah membunuh bos preman tersebut.
“Oh iya di mana Evi?” kaget Mila baru teringat. Semua orang mencari Evi dengan kepanikan karena kehilangan Evi. Mila melihat di halaman rumah tidak ada.
“di mana kamu vi?” panik Mila.

Pada sebuah gubuk di pinggir desa dekat hutan, Evi pun berada di sana. Ada seseorang yang menemani Evi di sana dan sedang membuat masakan buat Evi. Perlahan-lahan Evi membuka mata dan tiba-tiba kaget.
“di mana aku!!!” kata Evi terbangun.
“Tenang saja kamu bersamaku” kata orang itu dengan nada yang membuat Evi takut.
“Hah, kamu hantu ya, aaahhh!” jerit Evi. Lalu orang itu menutup mulut Evi.
“Aku bukan hantu maaf telah mengagetkanmu? Ini makanlah” kata orang itu sambil memberi makanan ke Evi.
“Tapi kenapa aku bisa di sini dan siapa kau?” kata Evi panik dan takut pada orang tersebut.
“Perkenalkan namaku Hera. Kamu pingsan saat memotong rumput jadi aku membawamu ke sini” kata Hera sambil minum segelas air.

“Apa kamu juga termasuk penduduk desa ini?” kata Evi penasaran.
“Dulunya aku penduduk di sini tapi sudah tidak lagi karena aku sudah muak diperbudak mereka gara-gara ada preman yang menguasai desa ini oleh karena itu aku menyelamatkanmu dari perbudakan ini” kata Hera dengan nada yang serius.
“Preman? Apa di desa ini dikuasai oleh preman?” kata Evi.
“Tentu saja kenapa kamu tidak tahu kan kamu sudah lama tinggal di sini?” kata Hera.
“Iya sih tapi aku tidak pernah menjumpai preman di sini. Maaf aku harus kembali ke desaku?” kata Evi sambil memaksakan dirinya akhirnya dia terjatuh karena perutnya sakit.
“Makanlah dulu kamu belum makan dari pagi” kata Hera.
“Kamu benar, terima kasih” kata Evi lalu makan.
“Ku sarankan jangan kembali pada desa itu dan juga kamu bukan budak. Mereka yang tidak mengerti penderitaan orang lain tak akan pernah bisa hidup dengan hati yang tenang. Kamu dan aku punya harga diri jangan sampai ditindas oleh mereka mengerti!” tegas Hera.

Evi pun merenungi hal itu dan hatinya pun sedih.
“Sebenarnya aku ingin bebas dan mandiri. Dan aku juga tidak ingin disuruh-suruh tetapi saat itu aku sempat putus asa belum ada orang yang menyelamatkanku dari penderitaan itu. Hiks… hiks…” tangis Evi betapa pedihnya hati Evi mengingat kejadian yang dialaminya.
“Tiap manusia satu dengan yang lain harus saling menghargai bukan saling menindas! Sebenarnya ada satu cara untuk menyelamatkan desa yang kumuh ini menjadi damai dan tenteram” kata Hera sambil mendekati Evi.
“Gimana caranya?” kata Evi sambil mengusap air matanya.
“Yaitu dengan cara mengusir preman tersebut!” kata Hera.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas 5 Jenis-Jenis AUDIT TI

Keamanan Sistem